Hari senin tanggal 25 April 2011 lagi-lagi Desa Landungsari mendapat tamu untuk kunjungan dan study banding, kali ini Desa Landungsari menerima rombongan tamu dari luar propinsi, tepatnya dari Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru Propinsi Maluku. Rombongan dari daerah yang mempunyai produk unggulan minyak kayu putih ini dipimpin langsung oleh camat Waeapo Bapak Sriadi, S.Sos dengan membawa serta 23 Kepala Desa dari 31 desa yang ada di kecamatan Waeapo Kabupaten Buru Propinsi Maluku yang mengetahui desa Landungsari dari keberadaan website desa (Blog desa) www.pemdes-landungsari-malang.blogspot.com.
Acara yang dimulai sejak pukul 10.00 – 12.00 terlihat gayeng dengan adanya sambutan selamat datang dan pemaparan tentang desa Landungsari oleh kepala Desa H. Danu, pemaparan tentang profil desa, monografi, Lembaga desa dan Pendapatan Asli Desa (PAD) yang memang sudah menjadi tujuan study banding oleh para Kepala Desa di Kecamatan Waeapo, termasuk didalamnya tentang seberapa besar dukungan pemerintah desa terhadap LPMD, sebagaimana ditanyakan oleh bapak Sutopo (kepala desa Savanajaya ), dengan gamblang H. Danu menjelaskan peran serta LPMD dalam pembangunan Desa, mulai dari pra Musrenbangdes, Musrenbangdes, Musrenbangcam hingga Musrenbang Kabupaten, semuanya melibatkan LPMD, begitu juga dengan biaya operasional LPMD, tahun 2011 ini saja operasional LPMD dianggarkan dalam APBDes sebesar Rp. 10.400.000,- dengan rincian dari ADD 2011 Rp. 5.400.000,- dan dari PAD Rp. 5.000.000,-.
Lain halnya dengan Bapak Suwari, yang mempertanyakan Administrasi surat-surat apa saja yang dikelola oleh desa, Bagaimana Kiat-kiat mengelola kekayaan Desa. “seluruh pelayanan publik yang berupa surat keterangan desa, mulai dari keterangan penghasilan, keterangan usaha, keterangan domisili, pernikahan ijin keramaian dan administrasi kependudukan (KK, KTP, Akte Lahir) semua dikelola dan dikenai retribusi sesuai dengan besaran yang sudah ditetapkan dan diatur melalui peraturan desa dan peraturan kepala desa Landungsari, begitulah kita mengelola PAD selain dari kekayaan desa lainnya (Tanah Bengkok, Tanah Kas Desa dll). Ujar Kades Landungsari.
Yang unik dari rombongan ini adalah para kepala desa di kecamatan Waeapo ini hampir seluruhnya bisa bahasa jawa, ketika ditelusuri lewat dialog dengan bapak Camat Waeapo, diketahui bahwa ternyata komunitas jawa di pulau Buru ini dimulai saat pulau Buru dijadikan tempat pembuangan para Tapol ke pulau tersebut pada tahun 1960an, yang kemudian para Tapol diberdayakan untuk membuka lahan pemukiman, pertanian dan perkebunan, mengetahui pulau Buru merupakan pulau yang subur sehingga pada tahun 1980an pemerintah Indonesia menggalakkan transmigrasi ke pulau tersebut (kebanyakan orang jawa), tidak heran jika saat ini komunitas jawa di pulau tersebut sudah mendominasi.
Kunjungan ini menjadi lebih bermakna ketika kedua belah pihak memberikan kenang-kenangan berupa produk-produk unggulan desa masing-masing, Desa Landungsari memberikan produk olahan hasil perkebunan (krupuk singkong) dan dari Camat Waeapo memberikan produk unggulan (Minyak Kayu putih) Desa landungsari juga memberikan tambahan kenang-kenangan berupa perdes-perdes yang ada, AD/ART Bum-des dan Profil Desa. “Kami ucapkan terima kasih, kami datang ke jawa (Landungsari) untuk belajar semuanya, kami datang benar-benar untuk belajar” Ucap E. Hamid Besan Ketua IKADES kecamatan Waeapo”. Good Luck Landungsari Terus Maju Menjadi Desa Percontohan di Indonesia.(Muf)
0 komentar:
Posting Komentar